Monday, March 13, 2006

HATI YANG LEMBUT DAN PENYANTUN


Rasulullah menginformasikan kepada kita bahwa di dalam diri manusia ada segumpal daging, yang jika baik daging itu maka baik pula manusia tersebut. Sebaliknya jika buruk daging itu, maka buruk pula kualitas orang tersebut. Daging itu adalah Hati.



Di kali lain, Rasulullah juga mengajarkan kepada kita bahwa setiap amaliah bergantung kepada niatnya. Jika niatnya jelek, maka jelek pula amaliahnya. Dan jika niatnya baik, maka baik pula amaliahnya. Kedua pelajaran ini sebetulnya mengajarkan hal yang sama, bahwa kualitas keagamaan kita sebagai muslim bisa dilihat dari niat hati kita pada saat melakukan perbuatan itu.



Hati adalah 'cermin' dari segala perbuatan kita. Setiap kita melakukan perbuatan, maka hati kita akan mencerminkan niat yang sesungguhnya dari perbuatan itu. Katakanlah, kita memberi uang kepada seorang miskin. Kelihatannya itu adalah perbuatan mulia. Tetapi jika niatan kita untuk menyombongkan diri kepada orang lain bukan karena belas kasihan kepada si miskin maka perbuatan itu sebenarnya tidak mulia lagi. Jadi, hati lebih menggambarkan kualitas yang sesungguhnya dari perbuatan kita. Sedangkan amaliah, lebih sulit untuk dinilai kualitasnya.



Karena itu, agama Islam lebih condong 'menggarap' hati daripada perbuatan. Kalau hatinya sudah baik, maka perbuatannya pasti baik. Sebaliknya meski perbuatannya kelihatan 'baik', belum tentu hatinya baik. Bisa saja ada niat jelek yang tersembunyi.



Seluruh jenis peribadatan yang diajarkan Rasulullah kepada kita sebenarnya dimaksudkan untuk menggarap hati kita agar menjadi baik. Sebutlah puasa. Puasa ini tujuan akhirnya adalah kemampuan mengendalikan diri. Atau disebut Takwa dalam terminologi Islam. Takwa adalah kualitas hati. Orang yang bertakwa memiliki keteguhan hati untuk selalu berbuat baik dan menjauhi yang jelek.



Demikian juga shalat. Tujuan utama shalat adalah membuka kepekaan hati. Orang yang shalatnya baik, memiliki kepekaan hati untuk membedakan mana yang baik, mana yang buruk Mana yang bermanfaat, mana yang membawa mudharat. Karena itu, shalat yang baik bisa menyebabkan kita jauh dari hal hal yang keji dan munkar.



Juga zakat. Tujuan utama zakat adalah melatih hati kita untuk peduli kepada orang-orang yang lemah dan tidak berdaya. Hidup harus saling menolong, supaya tidak terjadi ketimpangan yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Itu secara sosial. Tetapi secara pribadi, kebiasaan menolong orang lain dengan zakat akan menyebabkan hati kita menjadi lembut dan penyantun.



Demikianlah, seluruh aktifitas ibadah kita termasuk haji yang menjadi bahasan utama kita kali ini, semuanya menuju kepada pelembutan hati kita. Kenapa hati yang lembut ini perlu?



Karena hati yang lembut itulah yang akan menyelamatkan kita ketika hidup di akhirat nanti. Hati yang lembut adalah hati yang terbuka dan tanggap terhadap sekitarnya. Sedangkan hati yang kasar dan keras adalah hati yang tertutup terhadap sekitarnya. Allah berfirman dalam firman Alah berikut ini.

QS. Al Israa (17) : 72

"Dan barangsiapa di dunia ini buta hatinya, maka di akbirat nanti juga akan buta, dan lebih sesat lagi jalannya."



Ayat tersebut di atas memberikan gambaran yang sangat jelas kepada kita bahwa hati menjadi sasaran utama peribadatan kita. Karena itu Al Quran memberikan informasi yang sangat banyak tentang hati ini. Tidak kurang dari 188 kali informasi tentang hati ini diulang-ulang oleh Allah di dalam Al Quran.



Ada beberapa tingkatan kualitas hati yang diinformasikan Allah di dalam Quran. Hati yang jelek dikategorikan dalam 5 tingkatan. Yang pertama adalah hati yang berpenyakit. Orang-orang yang di hatinya ada rasa iri, benci, dendam, pembohong, munafik, kasar, pemarah dan lain sebagainya, disebut memiliki hati yang berpenyakit, sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat diantaranya,

QS. Al Baqarah (2) : 10

"Di dalam hati mereka ada Penyakit, lala ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta"



QS Al Hajj (22) : 53

"Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleb setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar batinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar benar dalam permusuhan yang sangat."



Tingkatan kedua hati yang jelek adalah hati yang mengeras. Hati yang berpenyakit, jika tidak segera diobati akan menjadi mengeras. Mereka yang terbiasa melakukan kejahatan, hatinya tidak lagi peka terhadap kejelekan perbuatannya. Mereka menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan adalah benar adanya.



QS. Al An'aam (6) : 43

"Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.



Tingkatan ketiga, adalah hati yang membatu. Hati yang keras kalau tidak segera disadari akan meningkat kualitas keburukannya. Al Quran menyebutnya sebagai hati yang membatu alias semakin mengeras dari sebelumnya.

QS. Al Baqarah (2) : 74

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan."



Tingkatan keempat, adalah hati yang tertutup. Pada bagian berikutnya akan kita bahas, bahwa hati kita itu bagaikan sebuah tabung resonansi. Jika tertutup, maka hati kita tidak bisa lagi menerima getaran petunjuk dari luar. Allah mengatakan hal itu di dalam firmanNya.

QS Al Muthaffiffin : 14

"Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka."



Dan yang kelima, adalah hati yang dikunci mati. Jika hati sudah tertutup, maka tingkatan berikutnya adalah hati yang terkunci mati. Sama saja bagi mereka diberi petunjuk atau tidak. Hal ini diungkapkan Allah berikut ini.

Al Baqarah : 6-7

"Sesungguhnya orang-orang kafir itu, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglibatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat."



Sebaliknya hati yang baik adalah hati yang gampang bergetar, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam

QS. Al Hajj (22) : 35

"(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka."



Hati orang-orang yang demikian itu lembut adanya. Mereka gampang iba melihat penderitaan orang lain. Suka menolong. Tidak suka kekerasan. Penyantun dan penuh kasih sayang kepada siapapun. Itulah nabi Ibrahim yang dijadikan teladan oleh Allah serta menjadi kesayangan Allah. Sebagaimana diinformasikan dalam firman berikut.

At Taubah (9) : 114

"Dan Permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diirarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun."


RESONANSI HATI



Hati adalah tempat terjadinya resonansi. Apakah resonansi? Secara sederhana bisa dikatakan bahwa resonansi adalah 'penularan' getaran kepada benda lain. Artinya, jika kita menggetarkan suatu benda, lantas ada benda lain yang ikut bergetar, maka dikatakan benda lain tersebut terkena resonansi alias 'tertular' getaran alias frekuensi.



Ambillah contoh gitar akustik. Ia memiliki tabung resonansi yang lubangnya, menghadap ke arah deretan senarnya. Jika senar tersebut digetarkan dengan cara dipetik, maka udara di dalam ruang resonansinya akan ikut bergetar. Inilah yang menyebabkan suara senar gitar itu terdengar keras dan merdu.



Apa yang terjadi jika lubang gitar tersebut disumpal dengan kain? Maka bisa dipastikan tidak akan terjadi resonansi di dalam gitar itu. Maka, suara gitar pun menjadi terdengar sangat pelan dan tidak merdu.



Hati atau jantung manusia bagaikan sebuah tabung resonansi gitar. Setiap kita berbuat sesuatu, baik itu pada taraf berpikir maupun berbuat, selalu terjadi getaran di hati kita. Getaran tersebut bisa kasar, bisa juga lembut. Bergantung bagaimana getaran itu muncul. Ketika kita gembira, hati kita bergetar. Ketika sedang bersedih, hati kita juga bergetar. Ketika marah, hati kita juga bergetar.



Secara umum getaran tersebut berasal dari 2 sumber, Hawa Nafsu dan Getaran Ilahiah. Hawa Nafsu adalah keinginan untuk melampiaskan segala kebutuhan diri. Getarannya cenderung kasar dan bergejolak-gejolak tidak beraturan. Dalam tinjauan Fisika, getaran semacam ini disebut memiliki frekuensi rendah, dengan amplitudo yang besar yang termasuk dalam getaran hawa nafsu ini diantaranya adalah kemarahan, kebencian, dendam, iri, dengki, berbohong, menipu, kesombongan dan lain sebagainya.



Sedangkan Getaran Ilahiah adalah dorongan untuk mencapai tingkatan kualitas yang lebih tinggi. Getarannya cenderung lembut dan halus, dengan frekuensi getaran yang sangat tinggi dan teratur. Termasuk dalam getaran Ilahiah ini adalah membaca Firman Allah di dalam Al Quran. Berdzikir menyebut Asmaul Husna. Sifat sabar, ikhlas, dan kepasrahan diri dalam beragama.



Sebagai contoh, adalah seseorang yang sedang marah. Ketika marah, seseorang akan mengeluarkan getaran kasar hawa nafsu dari hatinya. Jantung hatinya akan bergejolak dan berdetak-detak tidak beraturan. Mukanya merah, telinganya panas, dan tangannya gemetaran. Frekuensinya rendah dan kasar, dengan amplitudo yang besar. Jika dilihat pada alat pengukur getaran jantung (ECG Electric Cardio Graph), akan terlihat betapa grafik yang dihasilkan sangatlah kasar dan bergejolak.



Getaran yang domikian memiliki efek negatif terhadap, tubuh kita. Sebuah benda yang dikenai getaran kasar terus-menerus akan mengalami kekakuan dan kemudian mengeras. Demikian Pula jantung kita. Orang yang pemarah akan memiliki resiko sakit jantung dan mengerasnya pembuluh-pembuluh darahnya. Dan secara psikologis dikatakan hatinya semakin mengeras dan tidak mudah bergetar oleh kebajikan.



Bukti lain bahwa hati semakin keras jika dipengaruhi hawa nafsu terus adalah orang yang suka berbohong dan menipu. Pada awalnya, orang yang berbohong selalu bergetar hatinya. Akan tetapi, kalau ia sering berbohong, maka hatinya tidak bergetar lagi saat ia membohongi orang lain. Ini menunjukkan betapa hatinya semakin keras dan sulit bergetar.



Karena itu, apa yang diungkapkan oleh Allah di dalam. Quran tentang lima tingkatan hati, sebenarnya bisa dijelaskan secara ilmiah, bahwa hati memang akan menuju kualitas yang semakin jelek jika digunakan untuk kejahatan terus-menerus.



Jika hati kita berpenyakit, dan kemudian sering mengeluarkan getaran-getaran yang kasar, maka getaran itu akan menyebabkan hati kita mengeras. Kekerasan hati kita itu akan terus meningkat, hingga dikatakan Allah seperti batu atau lebih keras lagi. Hati yang keras adalah hati yang sulit bergetar. Semakin lama semakin tidak bisa bergetar.



Jika ini diteruskan maka hati kita tidak mampu lagi beresonansi. Hati yang demikian adalah hati yang tidak peka tehadap lingkungannya. Maka, pada tingkatan ini hati kita seperti tertutup karena tidak mampu lagi beresonansi alias bergetar. Bagaikan lubang gitar yang tersumpal oleh kain atau benda-benda lain. Tidak bisa menghasilkan getaran dan suara yang merdu. Dan akhirnya, kata Allah, hati yang seperti itu dikunci mati. Na'udzubillahi min dzaalik.



Sebaliknya, hati yang baik adalah hati yang lembut. Hati yang gampang bergetar. Bagaikan buluh perindu yang menghasilkan suara merdu ketika ditiup. Kenapa bisa demikian? Karena, hati yang lembut bagaikan sebuah tabung resonansi yang bagus. Getarannya menghasilkan frekuensi yang semakin lama semakin tinggi. Semakin lembut hati seseorang, semakin tinggi pula frekuensinya. Pada frekuensi 10 pangkat 8 akan menghasilkan gelombang radio. Dan jika lebih tinggi lagi, pada frekuensi 10 pangkat 14, akan menghasilkan gelombang cahaya.



Jadi, seseorang yang hatinya lembut akan bisa menghasilkan cahaya di dalam hatinya. Dan jika cahaya ini semakin menguat, maka ia akan 'merembet' keluar menggetarkan seluruh bio elektron di dalam tubuhnya untuk mengikuti frekuensi cahaya tersebut. Hasilnya, tubuhnya akan mengeluarkan cahaya alias aura yang jernih. Dan jika kelembutan itu semakin menguat, maka aura itu akan merembes semakin jauh mempengaruhi lingkungan sekitarnya.



Karena itu, kalau kita berdekatan dengan orang-orang yang ikhlas dan penuh kesabaran, hati kita juga merasa tentram dan damai. Sebab hati kita teresonansi oleh getaran frekuensi tinggi yang bersumber dari hati dan aura tubuhnya. Sebaliknya, kalau kita berdekatan dengan seseorang yang pemarah, maka hati kita akan ikut merasa 'panas' dan gelisah. Semua itu akibat adanya resonansi gelombang elektromagnetik yang memancar dari tubuh seseorang kepada sekitarnya.

No comments: