Tafsir Surah An-Nas (Manusia)
Bilangan (114) Madaniyyah (6) Ayat
سْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Tafsiran Ayat (1-6)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ* مَلِكِ النَّاسِ * إِلَهِ النَّاسِ * مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ* الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ * مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ*
Terjemahan:
[114: 1] Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara sekalian manusia.
[114: 2] Yang Menguasai sekalian manusia.
[114: 3] Tuhan yang berhak disembah manusia.
[114: 4] Dari kejahatan pembisik yang datang dan menghilang.
[114: 5] Yang melemparkan bisikan ke dalam hati manusia.
[114: 6] Dari kalangan jin dan manusia
Paling mudah untuk difahami ialah, ujub = berbangga diri, bangga terhadap segala amalan dan kebolehan diri sendiri.
Ujub ini yang menyebabkan rosaknya keikhlasan. Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang ia lakukan, maka akan semakin kecil dan rosak keikhlasan dari amal tersebut, bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.
Sa’id bin Jubair berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”
Ujub ini yang menyebabkan rosaknya keikhlasan. Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang ia lakukan, maka akan semakin kecil dan rosak keikhlasan dari amal tersebut, bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.
Sa’id bin Jubair berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”
Sifat bangga diri ini boleh dikategorikan kepada 4 jenis utama iaitu:
TAKBUR
RIAK
UJUB
SUM'AH
Sifat Takbur
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sesekali tidak akan dibukakan kepada mereka pintu langit dan mereka tidak akan masuk syurga sehingga masuk unta ke dalam lubang jarum”
( al-'Araf : 40)
Sifat sombong atau disebut juga takbur merupakan salah satu sifat yang tercela dan dibenci oleh Allah S.W.T sepertimana yang disebutkan di dalam firman Allah S.W.T di atas. Di dalam ayat tersebut jelas menunjukkan balasan yang akan diterima oleh golongan ini di akhirat sana. Mereka sesekali tidak akan masuk syurga.
Takbur berasal daripada perkataan bahasa arab ‘takabbara’ yang membawa maksud sombong. Perkataan takbur telah diterima pakai sebagai salah satu perkataan bahasa Melayu. Di dalam kamus dewan edisi ke empat mentakrifkan takbur sebagai berperasaan tinggi diri dan suka menganggap diri sendiri lebih mulia, lebih pandai, lebih cerdik dari orang lain. Manakala sombong ditakrifkan sebagai tinggi hati, angkuh dan bongkak. Mengikut Kamus Dewan edisi 4 :2005; takbur dan sombong adalah perkataan yang sama maksud dan pengertiannya.
Perbezaan Ujub Dan Riak.
Ujub bermaksud bangga akan diri sendiri, merasa kagum terhadap diri sendiri kerana kelebihan atau sesuatu yang terdapat padanya. Diri sendiri yang dimaksudkan adalah berkaitan peribadinya, orang kelilingnya, harta benda, kecantikan, kepandaian, anggota keluarganya atau apa sahaja yang dekat dan akrab dengan dirinya.
Manakala riak pula ialah tidak ikhlas menunaikan ibadat atau melakukan sesuatu dengan mengharapkan balasan yang setimpal. Sebagai contoh seorang lelaki atau perempuan yang bersembahyang sambil mengharapkan agar ada orang yang memerhati dan memuji kerajinannya.
Kedua-dua penyakit hati ini membahayakan umat Islam dan ada pendapat ulama meletakkan ketiga-tiga sifat ini sebagai syirik kecil. Jika sifat-sifat ini terdapat di dalam diri, ia akan menyebabkan pahala amalan ditolak serta merta.
mpakkan ibadah dengan niat mencari pandangan manusia, sehingga pelakunya akan dipuji, dan dia mengkarapkan pujian dan pengagungan dan takut kehilangan hal itu. Sum'ah adalah beramal agar didengar orang. Sedangkan ujub merupakan sahabat riya'. Ibnu Taimiyah menerangkan perbedaan keduanya. Riya adalah perbuatan syirik dengan sebab makhluk, sedangkan ujub adalah perbuatan syirik dengan sebab diri sendiri. Adapun perbezaan antara riya' dan sum'ah menurut Al-Hafizh, yaitu riya' merupakan adanya amal yang diperlihatkan seperti solah, sedangkan sum'ah merupakan amalan yang diperdengarkan seperti membaca, memberi nasihat, atau dzikir. Menceritakan amalnya (dengan maksud agar didengar) juga termasuk sum’ah. Nabi bersabda, 'Yang paling aku atas kalian adalah syirik kecil. Mereka bertanya, 'wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu? Beliau menjawab, Riak. (Riwayat Ahmad, Ath-Thabrani, dan Al-Baghawi) Rasulullah juga bersabda:
أَلاَ أُخْبِرُ كُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِتْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ؟ قَالُوا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: الشِّرْكُ الْخَفِيُّ: يَقُوْمُ الرَّجُلُ فَيُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَ تَهُ لِمَا يَرَى مِبْ نَظَرَ رَجُلٍ
Mahukah kamu aku beritahu tentang sesuatu yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kamu daripada Al-Masih Ad-Dajjal. Para sahabat menjawab, Baiklah, wahai Rasulullah. Beliau pun bersabda, Syirik tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri solah, dia perindah solahnya karena tahu ada orang lain yang memperhatikannya. (Riwayat Imam Ahmad).
Riak murni, biasanya tidak akan terjadi pada orang mukmin dalam menjalankan kewajiban solah dan puasa. Akan tetapi, terkadang terjadi dalam sedekah yang wajib atau ibadah haji, atau amal-amal lain yang zahir atau yang bermafaat lebih banyak. Dalam amal-amal seperti itu, lebih berat untuk ikhlas. Tak diragukan lagi, jika seorag muslim melakukan yang demikaian akan menggugurkan ibadahnya dan mendapat siksa dari Allah. Terkadang pula orang beramal karena Allah tetapi diiringi dengan perasaan riak. Jika hal itu terjadi sejak awal niat, maka hal itu sama dengan meniatkan ibadah kepada selain Allah. Barangsiapa solah dengan riya', maka benar-benar ia telah menyekutukan-Nya. Barangsiapa berpuasa dengan riak, maka ia benar-benar telah menyekutukan-Nya. Barangsiapa bersedekah dengan riak maka ia benar-benar telah menyekutukan-Nya.
Sesungguhnya Allah berfirman, Aku adalah sebaik-baik pengambil bahagian bagi orang yang membuat sekutu kepada-Ku. Barangsiapa membuat sekutu kepada-Ku dengan sesuatu, kebaikan amalnya sedikit dan banyaknya adalah untuk sekutunya yang dia sekutukan kepada-Ku dengannya. Aku adalah Maha Cukup untuk tidak menerimanya. (Riwayat Ahmad)
UBAT RIAK
Nabi bersabda, Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali dengan ubatnya. (Riwayat Bukhari) adapun ubatnya antara lain adalah: Hendaklah seseorang itu mengilmui dengan yakin bahwa dirinya adalah sekadar hamba Allah, sedangkan hamba itu tidak berhak menuntut pemberian atau balasan, sebab dia beramal itu hanya karena tuntutan peribadahan saja. Hendaklah seorang hamba dalam beribadah kepada-Nya dengan penuh cinta, memohon pahala, dan takut terhadap murka-Nya. Sentiasa memeriksa dan mennilai amalan sama ada semuanya dilakukan dengan ikhlas atau riak. Selalu memohon ampun pada Allah dan berlindung dari riak. Memperbanyakkan ibadah sunnah yang terjauh dari pandangan manusia, seperti solat malam, shadaqah siriyyah (sembunyi-sembunyi), menangis karena takut kepada-Nya, dan sebagainya. Kita harus berusaha mengenali riak dan penyebabnya, hingga boleh meragui kehadirannya. Senantiasa memperhatikan akibat riak baik di dunia dan akhirat. Selalu berdoa pada Allah agar ditetapkan hatinya di atas ketaatan kepada-Nya.
يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْ بَنَا عَلَي طَاعَتِكَ
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, balikkanlah hati kami di atas ketaatan-Mu. Nabi bersabda, Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamilah (pakaian dari sutera atau wool yang indah). Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah. (Riwayat Bukhari)